Laporan Praktikum Kimia
PENENTUAN LARUTAN BUFFER
Oleh:
Kelompok 4
Kelas XI IPA 2
Nurul Mufidah Damry
Wahyu Hidayat
Rangga Duo Ramadhan
Nurul Dwi Jayanti
SMA NEGERI MODEL TERPADU MADANI
DINAS PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN
PROVINSI SULAWESI TENGAH
APRIL, 2008
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan pH suatu sistem seringkali memberikan dampak yang tidak diinginkan. Sebagai contoh, jika jus lemon ditambahkan ke dalam susu. Susu akan menggumpal karena terjadi perubahan pH. Secara alami, terdapat suatu sistem yang dapat mengatasi hal tersebut. Sistem ini dinamakan penyangga. Penyangga mampu mempertahankan pH sistem terhadap gangguan yang dapat mengubah pH. Penyangga alami terdapat di dalam tubuh makhluk hidup maupun di alam.
Larutan buffer atau larutan penyangga adalah suatu larutan yang mampu mempertahankan pH pada kisarannya apabila terjadi uapaya untuk menaikkan atau menurunkan pH.
Larutan buffer mengandung zat terlarut yang bersifat sebagai penyangga. Penyangga memiliki komponen asam dan basa. Komponen asam mengatasi kenaikan pH sedangkan komponen basa mengatasi penurunan pH. Asam dan basa ini merupakan suatu pasangan konjugasi.
Kita mengenal adanya larutan penyangga asam dan arutan penyangga basa.
1. Larutan penyangga asam terdiri dari asam lemah (HA) dan basa konjugasi (A-), dan dilambangkan oleh HA/A-. Contoh: CH3COOH/CH3COOH-
2. arutan penyangga basa terdiri dari basa lemah (B) dan asam konjugasinya (BH+), dilambangkan oleh B/BH-. Contoh: NH3/NH4+.
1.2 Tujuan Praktikum
Mengukur pH beberapa larutan dan menentukan larutan yang bersifat buffer.
1.3 Manfaat Praktikum
Untuk mengetahui pH beberapa larutan dan larutan yang bersifat buffer.
1.4 Metodologi
1.4.1 Alat dan Bahan
a. Alat
1. 4 buah gelas kimia 50 mL
2. 5 buah pipet tetes
3. 4 buah silinder ukur 10 mL
4. 9 buah tabung reaksi
5. 1 buah rak tabung reaksi
b. Bahan
1. Larutan HCL 0,1 M
2. Larutan NaOH 0,1 M
3. Larutan CH3COOH 0,1 M
4. Larutan CH3COONa 0,1 M
5. Larutan NH4Cl 0,1 M
6. Larutan NH3 0,1 M
7. Larutan KOH 0,1 M
8. Larutan H2SO4 0,1 M
9. Larutan NaCl 0,1 M
10. Kertas Indikator Universal
1.4.2 Cara Kerja
a. Disiapkan kesembilan tabung reaksi kemudian masing-masing tabung ditandai dengan huruf A – 1.
b. Masing-masing tabung diisi dengan larutan seperti pada tabel berikut.
Tabung | Perbandingan Campuran |
A | 10 mL CH3COOH 0,1 M |
B | 10 mL NH3 0,1 M |
C | 10 mL HCl 0,1 M + 10 mL NaCl 0,1 M |
D | 20 mL HCl 0,1 M + 10 mL NaOH 0,1 M |
E | 10 mL HCl 0,1 M + 20 mL NH3 0,1 M |
F | 10 mL CH3COOH 0,1 M + 10 mL CH3COONa |
G | 20 mL CH3COOH 0,1 M + 10 mL NaOH 0,1 M |
H | 10 mL NH3 0,1 M + 10 mL NH4Cl 0,1 M |
I | 10 mL KOH 0,1 M + 10 mL NaCl 0,1 M |
c. Diukur pH masing-masing larutan dalam tabung tersebut
d. Diambil 1 mL larutan dari setiap tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 mL air, kemudian diukur pH-nya.
e. Langkah ke-empat diulangi namun air suling diganti dengan 3 tetes larutan H2SO4 0,1 M, kemudian diukur pH-nya
f. Dengan cara yang sama, ditambahkan 5 tetes KOH pada setiap tabung reaksi kemudian diukur pH-nya.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Hasil Pengamatan
Tabung | Isi Tabung | pH |
Awal | Ditambah air | Ditabah H2SO4 | Ditambah KOH |
A | CH3COOH 0,1 M | 3 | 4 | 3 | 5 |
B | NH3 0,1 M | 9 | 9 | 9 | 12 |
C | HCl 0,1 M + NaCl 0,1 M | 0 | 1 | 1 | 2 |
D | HCl 0,1 M + NaOH 0,1 M | 2 | 5 | 2 | 12 |
E | HCl 0,1 M + NH3 0,1 M | 2 | 2 | 2 | 7 |
F | CH3COOH 0,1 M + CH3COONa | 5 | 5 | 5 | 5 |
G | CH3COOH 0,1 M + NaOH 0,1 M | 6 | 6 | 6 | 8 |
H | NH3 0,1 M + NH4Cl | 8 | 8 | 8 | 8 |
I | KOH 0,1 M + NaCl 0,1 M | 12 | 11 | 12 | 13 |
2.2 Pembahasan
Dari percobaan yang dilakukan, didapat bahwa larutan yang bersifat buffer adalah larutan yang terdapat pada tabung tabung E, F, G dan H, sedangkan larutan yang tidak bersifat buffer adalah larutan yang terdapat pada tabung A, B, C, D, dan I.
Tabung A tidak bersifat buffer karena larutan tersebut hanya merupakan larutan asam lemah dan tidak memiliki basa konjugasi. Tabung B tidak bersifat buffer karena larutan tersebut hanya merupakan larutan basa lemah tanpa asam konjugasi. Tabung C, D dan I tidak bersifat buffer karena tidak memiliki asam atau basa lemah dan asam atau basa konjugasi.
Tabung E dan H bersifat buffer karena memiliki basa lemah dan asam konjugasi, yaitu NH4OH dan NH4+. Kedua tabung ini, memiliki basa lemah dan asam konjugasi yang sama, sehingga tabung E diambil sebagai contoh dalam pembahasan ini. pH awal tabung E adalah 2. Setelah ditambah dengan air, pH larutan tersebut tetap karena tidak ada ion dari larutan tersebut yang bereaksi dengan air. Setelah ditambahkan H2SO4, reaksi yang terjadi adalah
NH4OH + H2SO4 ® NH4+ + SO42- + H2O
Berdasarkan reaksi ini, maka pH larutannya tetap karena tidak ada H+ atau OH- yang terbentuk dalam reaksi tersebut. Setelah ditambahkan dengan KOH, pH larutan menjadi 7. Hal ini disebabkan karena kesalahan dalam penambahn KOH pada saat praktikum. Seharusnya, pH larutan tersebut tetap dengan persamaan reaksi sebagai berikut
NH4+ + KOH ® NH4OH + K+
Berdasarkan reaksi ini, maka pH larutannya tetap karena tidak memiliki H+ dan OH- yang terbentuk dalam reaksi tersebut.
Tabung F dan G merupakan larutan yang bersifat buffer karena memiliki asam lemah dan basa konjugasi, yaitu CH3COOH dan CH3COO-. Kedua tabung ini, memiliki asam lemah dan basa konjugasi yang sama, sehingga tabung F diambil sebagai contoh dalam pembahasan ini. pH awal tabung F adalah 5. Setelah ditambah dengan air, pH larutan tersebut tetap karena tidak ada ion dari larutan tersebut yang bereaksi dengan air. Setelah ditambahkan H2SO4, reaksi yang terjadi adalah
CH3COO- + H2SO4 ® CH3COOH + SO42-
Berdasarkan reaksi ini, berarti jumlah basa konjugasi (ion CH3COO-) akan berkurang dan asam lemah CH3COOH akan bertambah. Penambahan asam kedalam larutan penyangga akan menurunkan konsentrasi basa konjugasi dan meningkatkan konsentrasi asam. Perubahan ini tidak menyebabkan perubahan pH yang besar. Setelah ditambahkan KOH, maka pH larutan menjadi 5. Persamaan reaksi yang terjadi adalah
CH3COOH + KOH ® CH3COO- + K+ + H2O
Berdasarkan reaksi tersebut, berarti jumlah asam lemah CH3COOH akan berkurang dan basa konjugasi (ion CH3COO-) akan bertambah. Perubahan ini tidak menyebabkan perubahan pH yang besar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan, didapat kesimpulan bahwa larutan yang bersifat buffer adalah larutan yang terdapat pada tabung B, C, D, F, dan I. Artinya larutan tersebut dapat mempertahankan pH-nya.
3.2 Saran
Diharapkan agar sarana dan alat-alat praktikum siswa dilengkapi agar praktikum dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Johari, J. M. C. dkk. 2004. Kimia SMA untuk Kelas XI. Jakarta: Penerbit Esis.
Purba, Michael. 2004. KIMIA untuk SMA Kelas XI 2B. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Purba, Michael. 2007. KIMIA untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia untuk Kelas XI. Bandung: Penerbit Grafindo Media Pratama.
LAMPIRAN
Pertanyaan
1. Dari percobaan tersebut, manakah larutan yang harga pH-nya berubah-ubah dan manakah larutanyang harga pH-nya relatif tetap?
2. Manakah larutan yang memiliki sifat sebagai larutan penahan atau penyangga?
3. Bagaimana komposisi larutan yang dapat menghasilkan larutan penahan atau penyangga?
4. Mengapa pada larutan yang bersifat penyangga tidak mengubah harga pH-nya dengan penambahan air, sedikit asam atau basa?
Jawaban
1. Larutan yang harga pH-nya berubah-ubah
a. CH3COOH 0,1 M
b. HCl 0,1 M + NH3 0,1 M
c. CH3COOH 0,1 M + NaOH 0,1 M
d. NH3 0,1 M + NH4Cl 0,1 M
e. KOH 0,1 M + NaCl 0,1 M
Larutan yang harga pH-nya relatif tetap
a. NH3 0,1 M
b. HCl 0,1 M + NaCl 0,1 M
c. HCl 0,1 M + NaOH 0,1 M
d. H3COOH 0,1 M + CH3COONa 0,1 M
2. Larutan yang memiliki sifat sebagai larutan penyangga adalah NH3 0,1, HCl 0,1 M + NaCl 0,1 M, HCl 0,1 M + NaOH 0,1 M, dan CH3COOH 0,1 M + CH3COONa 0,1 M.
3. Komposisi larutan yang dapat menghasilkan larutan penahan atau penyangga adalah larutan yang jika direaksikan menghasilkan asam lemah dan basa konjugasinya atau basa lemah dan asam konjugasinya.
4. Karena pada larutan yang bersifat penyangga, memiliki komponen asam yang dapat mengatasi kenaikan pH dan komponen basa yang dapat mengatas penurunan pH.